AIR MINUM YANG BERKWALITAS
Air merupakan salah satu kebutuhan utama, selain oksigen dan
ransum yang sangat diperlukan bagi seekor ayam untuk tumbuh, berkembang dan
berproduksi. Ketidaktersediaan salah satu unsur tersebut bisa dipastikan akan
menimbulkan gangguan produktivitas ayam. Tidak hanya dari segi kuantitas atau
jumlah yang harus terpenuhi, kualitasnya pun tidak boleh diabaikan.
Air dan Peranannya
Air terbentuk dari 2 unsur yaitu hidrogen
dan oksigen dengan rumus kimia H20. Kedua unsur yang membentuk
senyawa air pada awalnya berbentuk gas dan pada kondisi tertentu akan berikatan
membentuk suatu senyawa yang stabil, yaitu air.
Telur, anak ayam dan ayam dewasa
sebagian besar tersusun atas air.
Air merupakan komponen penyusun tubuh anak ayam dengan persentase
terbesar, yaitu 85% dan persentase ini sedikit menurun saat anak ayam tumbuh
menjadi dewasa, menjadi 60%. Pada telur, persentase air bisa mencapai 70%. Dan
yang mengesankan di setiap organ dan komponen tubuh sebagian besar terdiri atas
air, yaitu darah 83%, otot 75-80%, otak 75% bahkan di dalam tulang persentase
kandungan air mencapai 20%. Dari data ini, bisa kita prediksikan andaikata air
di dalam tubuh ayam dihilangkan maka berat badan anak ayam broiler hanya
sekitar 6 gram (berat badan anak ayam normal sebesar 40 gram per ekor). Dari
angka dan persentase ini bisa kita ketahui bahwa air mempunyai fungsi dan
peranan yang begitu besar dan signifikan.
Secara fisiologis, air berfungsi sebagai
media berlangsungnya proses kimia di dalam tubuh ayam. Selain itu, air juga
berperan sebagai media pengangkut, baik mengangkut zat nutrisi maupun zat sisa
metabolisme, mempermudah proses pencernaan dan penyerapan ransum, respirasi,
pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem syaraf maupun melumasi persendian.
Hampir semua proses di dalam tubuh ayam melibatkan dan memerlukan air.
Ayam yang tidak diberi ransum akan mampu
bertahan selama 15-20 hari. Namun tidak demikian jika tidak memperoleh air,
ayam akan mati dalam waktu 2-3 hari saja. Ayam akan tetap bertahan saat
kehilangan sebagian besar lemak di dalam tubuhnya atau 50% dari jumlah protein
tubuhnya, namun saat ayam kehilangan 20% cairan tubuh bisa mengakibatkan kematian.
Ketersediaan air minum yang kurang akan menyebabkan hambatan produktivitas
ayam, baik pertumbuhan maupun produksi telur. Selain itu, proses pembuangan zat
sisa metabolisme juga terhambat, akibatnya bisa meracuni tubuh ayam sendiri.
Air memiliki kemampuan melarutkan berbagai
macam senyawa. Secara normal, air dapat mengandung sampai 58 unsur, namun
sekitar 99%nya ialah senyawa terlarut, seperti hidrogen, oksigen, nitrogen,
natrium, kalium, magnesium, kalsium, belerang maupun fosfor. Kemampuan air melarutkan
berbagai zat dan senyawa ini menjadi salah satu faktor yang mempermudah air
terkontaminasi oleh zat-zat kimia dengan kadar yang berlebih maupun oleh
mikroorganisme patogen. Menjaga dan memelihara air tetap berkualitas menjadi
faktor yang sangat vital bagi keberlangsungan produktivitas ayam.
Sumber dan Kualitas Air
Air yang terdapat di bumi kita sangatlah melimpah, namun sebagian
besar berupa air laut (asin) yang mencapai 97,5%, sedangkan sisanya (2,5%)
berupa air tawar. Air tawar tersebut 29,9% merupakan air dalam tanah; 0,3%nya
ialah air danau dan sungai; 0,9% berupa kelembaban tanah atau rawa dan sisanya,
yaitu 68,9% terdapat dalam bentuk air es dan salju abadi. Nah, ini berarti air
yang bisa kita manfaatkan untuk peternakan hanya 0,75% dari total air yang
terdapat di bumi.
·
Air sumur atau air tanah
Pembuatan sumur, baik sumur gali maupun bor
(sumur artesis) merupakan suatu upaya untuk memanfaatkan air dalam tanah.
Kebanyakan air yang digunakan di peternakan bersumber dari sumur bor atau
artesis.
Dalam pembuatan
sumur di dalam lokasi peternakan sebaiknya diperhitungkan jaraknya dengan
tempat feses. Mengingat feses tersebut bisa menjadi sumber kontaminasi bakteri Eschericia
coli maupun peningkatan kadar nitrat dan nitrit dalam air. Alangkah lebih
baiknya juga jika lapisan lubang bagian dalam sumur tersebut ditutup atau
dilapisi dengan semen atau beton. Pemakaian paralon pada sumur bor (artesis)
juga menjadi solusi.
Perhatikan jarak
sumur dengan kandang yang terdapat feses. Kedalaman sumur juga harus
diperhatikan.
Permasalahan yang relatif sering ditemukan
pada penggunaan air dari sumur ialah pH air yang cenderung asam atau kadar
garam yang terlampau tinggi. Air yang berasal dari sumur sebaiknya ditampung
dan diendapkan terlebih dahulu di “water ground”. Tujuannya ialah untuk
mengendapkan partikel-partikel yang mencemari air.
Salah satu
fasilitas penampungan air dari sumur sebelum disalurkan ke kandang untuk
dikonsumsi oleh ayam
·
Air permukaan
Air sungai atau air danau merupakan air
permukaan yang mungkin bisa dimanfaatkan sebagai air minum ayam. Namun dengan
kondisi sungai seperti sekarang ini, maka pemanfaatan air sungai dalam
aktivitas peternakan, baik sebagai air minum maupun proses pembersihan kandang
dan peralatan sebaiknya dihindari.
Pencemaran sungai
oleh kotoran manusia maupun kotoran ternak, bahan kimia (deterjen dan
pestisida) maupun limbah, baik dari limbah keluarga maupun limbah industri
menjadi alasan untuk tidak memanfaatkan air sungai maupun danau dalam aktivitas
peternakan.
Air permukaan yang
berasal dari air hujan bisa dimanfaatkan sebagai air minum ayam karena air
hujan termasuk air yang jernih dan sehat. Hanya saja perlu diperhatikan adanya
kontaminasi yang berasal dari tempat penampungannya maupun dari udara di
sekitar kandang.
·
Air PDAM
Ada beberapa peternak yang telah
menggunakan air dari PDAM sebagai air minum ayam maupun untuk aktivitas kandang
lainnya.
Kendala dari
penggunaan air PDAM ini ialah dari segi harga, dimana peternak harus
mengeluarkan biaya tambahan. Selain itu, kualitas air PDAM juga perlu
diperhatikan mengingat instalasi saluran air dari PDAM seringkali telah
terdapat lapisan biofilm yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya
berbagai mikroorganisme. Adanya lapisan biofilm itu juga mengakibatkan
klorinasi yang dilakukan secara periodik oleh PDAM kurang efektif dalam menekan
jumlah mikroorganisme. Alasannya adanya lapisan biofilm akan menghalangi
kontak klorin dengan mikroorganisme sehingga daya kerja klorin menjadi tidak
optimal. Oleh karenanya jika akan memakai air PDAM sebagai air minum alangkah
lebih baiknya dilakukan treatment terlebih dahulu. Selain itu, perlu
diketahui jadwal klorinasi yang dilakukan PDAM sehingga bisa diantisipasi pada
saat pemberian obat maupun vaksin.
Adapun pemilihan penggunaan sumber air di dalam peternakan
sebaiknya ditekankan pada aspek kualitas air tersebut maupun ketersediaannya.
Minimal ada 3 kategori atau paramater yang digunakan untuk menentukan kualitas
air, diantaranya :
·
Kualitas fisik
Parameter fisik
yang harus diperhatikan dalam penentuan air yang berkualitas antara lain warna,
rasa, bau, kekeruhan maupun suhu. Air yang berkualitas haruslah tidak berwarna,
berasa dan berbau. Air inipun harus terbebas dari partikel-partikel tersuspensi
(tidak keruh, red) dari lumpur kasar, lumpur halus maupun koloid.
Konsumsi air minum
anak ayam sangat dipengaruhi kualitas fisik air, terutama kekeruhan, warna dan
bau
Kondisi fisik air
yang kurang baik akan mempengaruhi tingkat konsumsi air minum. Saat ayam diberi
pilihan air minum yang keruh dengan air minum yang jernih, maka ayam akan lebih
memilih mengkonsumsi air yang jernih. Suhu air minum yang baik ialah 20-24oC
dan jika lebih atau kurang dari suhu tersebut maka konsumsi air minum ayam
menjadi berkurang atau bahkan berhenti.
Permasalahan air
dari segi fisik, baik kejernihan, warna maupun bau cukup sering ditemukan di
peternak-an (lihat grafik 1). Treatment yang dapat dilakukan untuk mengatasi
kualitas air tersebut, yaitu :
1. Pengendapan atau
penyaringan
2. Penambahan tawas
yang berperan sebagai koagulan dan pengikat partikel sebanyak 2,5 gram tiap 20
liter air minum
3. Penambahan sediaan
yang berperan sebagai penjernih
·
Kualitas kimia
Kesadahan, pH dan kandungan unsur-unsur
kimia tertentu, seperti nitrat, nitrit maupun logam menjadi penentu kualitas
kimia air.
Kesadahan
Kandungan ion Ca2+dan
Mg2+ yang tinggi mengakibatkan air bersifat sadah. Air yang sadah
seringkali ditemukan di daerah yang berkapur. Dalam pemakaiannya, air yang
sangat sadah (kadar > 180 ppm) bisa mengurangi tingkat kelarutan beberapa
sediaan obat, terutama yang mengandung ampicillin atau tetrasiklin. Desinfektan
yang zat aktifnya iodine dan quats, seperti Antisep, Neo Antisep dan Medisep
daya kerjanya akan menurun jika dilarutkan dalam air sadah. Tingginya kadar Ca2+
dan Mg2+ bisa mengganggu proses pencernaan dan penyerapan nutrisi
ransum.
Guna mengatasi
kesadahan air dapat dilakukan dengan menambahkan :
Medimilk (20 gram tiap 10 liter air) dengan
kandungan 100% skim milk yang mampu mengikat logam, baik Ca2+, Mg2+,
Mn2+ maupun Fe2+
Medimilk mampu
menurunkan tingkat kesadahan air minum
1.
Kapur soda memiliki kemampuan mengikat ion Ca2+, Mg2+,
Mn2+ atau Fe2+ sehingga terbentuk endapan. Endapan ini
menunjukan bahwa kapur soda telah berhasil mengikat ion-ion tersebut
2.
Tawas
3.
Ethylen diamin tetra acetic acid (EDTA) dengan dosis 0,02-0,1%
memiliki kemampuan mengendapkan logam berat, termasuk Ca dan Mg
·
Kadar nitrat dan nitrit
Kadar nitrat yang
tinggi biasanya berhubungan dengan tingginya kadar nitrogen akibat tumpukan
kotoran ayam. Jika dikonsumsi ayam maka proses penyerapan zat nutrisi dapat
terganggu. Selain itu, jika dikonsumsi dalam kadar tinggi bisa menyebabkan
keracunan yang mematikan.
Tumpukan feses ayam
bisa memicu meningkatnya kadar nitrat dalam air minum
Nitrat dapat diubah
oleh mikroorganisme menjadi nitrit yang mempunyai tingkat toksisitas yang
sangat tinggi. Saat berada di dalam darah, nitrit akan berikatan dengan
hemoglobin dan mengurangi kadar oksigen sehingga bisa menyebabkan kematian.
Teknik menurunkan
kadar nitrat dan nitrit dapat dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke
dalam tabung yang berisi karbon aktif. Ukuran tabung disesuaikan dengan jumlah
dan kecepatan aliran air. Jumlah karbon aktif minimal 50% dari volume tabung.
Jarak sumber air (sumur) sebaiknya dijauhkan dari septic tank maupun
tumpukan feses. Ambil dan bersihkan feses secara rutin, jangan sampai menumpuk.
Pelaksanaan desinfeksi maupun klorinasi juga dapat menghambat peningkatan kadar
nitrit karena bisa membunuh mikroorganisme yang mengubah nitrat menjadi nitrit.
·
Kadar mineral
Kadar mineral
kalsium, magnesium, besi dan belerang jangan berlebih di dalam air karena bisa
menurunkan produktivitas ayam. Secara berturut-turut batasan kadar mineral
kalsium, magnesium, besi dan belerang adalah 75; 200; 0,3-0,5 dan 25 mg/liter.
Kadar kalsium yang melebihi standar bisa menyebabkan gangguan penyerapan
nutrisi ransum (terutama fosfor) dan penurunan daya kerja obat. Kadar magnesium
yang berlebih akan mengganggu pencernaan dan diare. Akibat jika kadar besi
tinggi ialah pigmentasi pada daging dan telur menjadi lebih gelap, sedangkan
tingginya kadar belerang menyebabkan cepat terjadi perdarahan dan oedema.
Penambahan Medimilk
sebanyak 20 gram tiap 10 liter air dapat mengikat mineral-mineral tersebut.
Setelah dilarutkan Medimilk, diamkan air selama 15-30 menit sebelum
diberikan.
·
Kadar garam
Garam terbentuk
dari ikatan antara logam Na, Ca, Mg dengan ion klorida. Kandungannya di dalam
air biasanya dalam bentuk terlarut. Oleh karena itu, penanganan air dengan
kadar garam yang tinggi relatif sulit. Teknik pengenceran atau menambahkan air
dari sumber yang berbeda bisa menjadi solusi untuk mengurangi kadar garam dalam
air.
Ayam yang
mengkonsumsi air minum dengan kadar garam yang berlebih akan terganggu
produktivitasnya. Kadar garam yang berlebih tersebut akan mengganggu pengaturan
osmosis di dalam tubuh. Ayam petelur atau pembibit muda yang mengkonsumsi air
minum dengan kadar garam yang berlebih selama 4-6 minggu akan menghasilkan
telur dengan kualitas kerabang yang jelek (tipis) dan pada ayam berumur tua
hanya dalam beberapa hari kerabang telurnya menjadi lebih tipis (Balnave,
1996). Selain kualitas kerabang, tingkat produksi telur maupun daya tetas telur
pun menurun. Dan yang lebih parahnya lagi, efek air minum dengan kadar garam
yang tinggi ini relatif sulit diperbaiki meskipun air minum telah diganti
dengan yang normal.
Air minum dengan
kadar garam yang berlebih akan menyebabkan ayam mengkonsumsi air minum secara
berlebih akibatnya feses ayam menjadi encer (basah)
·
pH atau derajat keasaman
pH air minum yang
baik berkisar 5-8. Air dengan pH lebih tinggi (basa) biasanya disebabkan adanya
pencemaran natrium bikarbonat dan jika dikonsumsi bisa mengakibatkan penurunan
pencernaan dan penyerapan mineral ransum, seperti kalsium, fosfor, magnesium
dan kalium. Begitu juga sebaliknya air yang asam (pH rendah) akan mengganggu
kesehatan dan mempermudah infeksi parasit.
Kedalaman sumur
biasanya berpengaruh pada tingkat pH air minum. Sumur dengan kedalaman 30 m
airnya cenderung asam sedangkan di kedalaman 100 m atau lebih, airnya biasanya
basa. Sumur dengan kedalaman sebesar 50-60 m biasanya mengandung air dengan pH
yang optimal.
Air minum yang basa
bisa diatasi dengan penambahan senyawa asam, seperti asam cuka, asam sitrat
atau asam organik (asam asetat, propionat). Sebaliknya, air yang asam bisa
ditingkatkan pH-nya dengan menambahkan kapur soda (NaHCO3). Guna
memastikan pH air telah sesuai dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas
indikator universal (kertas lakmus) atau pH meter.
·
Kualitas biologi
Seperti disebutkan
sebelumnya, sebagian besar air yang digunakan di peternakan ialah air tanah.
Air tanah ini seringkali mengandung bakteri coliform yang biasanya berasal dari
feses ayam maupun kotoran manusia (septic tank). Selain itu, biasanya
air ini juga tercemar dengan mikroorganisme lainnya.
Sebagian besar
mikroorganisme yang mencemari air minum, seperti bakteri maupun jamur kurang
berbahaya. Biasanya mikroorganisme ini menyebabkan pembentukan bahan organik
yang membatasi sistem aliran air. Meskipun demikian, ada juga beberapa
mikroorganisme yang bisa menurunkan produktivitas ayam atau menjadi sumber
penyakit, yaitu E. coli dan Salmonella. Oleh karena itu, perlu
dilakukan treatment pada air yang telah terkontaminasi mikroorganisme
tersebut, melalui :
·
Desinfeksi
Desinfektan yang
bisa digunakan pada air minum ialah Antisep, Neo Antisep atau Medisep.
Pemakaian ketiga desinfektan ini telah terbukti mampu menurunkan bakteri E.
coli maupun coliform (lihat grafik 2).
Beberapa hal yang
perlu diperhatikan agar desinfeksi air minum bisa optimal, yaitu :
1.
Perhatikan dosis desinfektan yang digunakan
2.
Pipa air atau torn air yang digunakan untuk desinfeksi harus
bersih atau kandungan bahan organiknya sedikit (biasanya ini terlihat dari
adanya lapisan biofilm pada permukaan bagian dalam)
Klorinasi atau
penambahan klorin sebanyak 3-5 ppm juga berfungsi mendesinfeksi air minum.
Hanya saja dalam aplikasinya seringkali klorin kurang efektif karena memiliki
sifat yang kurang stabil.
Saat melakukan
desinfeksi air minum, pastikan tidak bertepatan dengan jadwal vaksinasi. Kadar
klorin sebesar 1 ppm akan menurunkan efisiensi vaksin ND sampai 20% dan kadar 2
ppm mampu menurunkannya sampai 85%. Air yang telah ditambahkan klorin, jika
akan digunakan untuk melarutkan vaksin sebaiknya didiamkan selama minimal 24
jam atau ditambahkan Medimilk (2 gram per 1 liter air) dan dibiarkan
selama 15-30 menit. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan pengaruh klorin.
Jarak desinfeksi
air minum dengan vaksinasi juga perlu diperhatikan. Desinfeksi air minum
sebaiknya dilakukan minimal 24-48 jam sebelum dan sesudah vaksinasi. Selain
itu, pemberian obat dan vitamin sebaiknya dihentikan pada saat desinfeksi
karena desinfektan bisa menurunkan potensi atau bahkan merusak obat dan
vitamin.
·
Pemanasan atau pemasakan air
Air yang dipanaskan
atau dimasak sampai mendidih mampu menghilangkan bakteri E. coli. Pada
suhu 100oC bakteri tersebut akan mati.
Air, suatu senyawa yang sangat penting bagi
produktivitas ayam. Tidak hanya kuantitasnya yang harus selalu terpenuhi,
tetapi kualitasnya pun jangan sampai terabaikan. Pahami kualiatas air dan
kendalikan manajemennya. Salam.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar