Cari Blog Ini

Sabtu, 13 April 2013

Antisipasi Global Warming


 
                                             Antisipasi Global Warming 

Global Warming” dan “Go Green”, dua kata yang sering kita dengar, kita lihat dan kita baca di hampir semua media massa, televisi, papan iklan sampai sarana transportasi. Kondisi ini mengisyaratkan kepada kita bahwa sudah saatnya kita peduli dengan kondisi lingkungan. Telah tiba saatnya kita memperlihatkan kiprah kita secara real untuk mendukung “Go Green” guna mencegah terjadinya “Global Warming” yang lebih parah. Tidak perlu berpikir terlalu berbelit atau muluk-muluk, namun mari kita coba berkiprah dari diri kita sendiri, dari hal yang terkecil yang bisa dilakukan dan saat ini juga di lingkungan kita, termasuk farm kita tercinta. 



Efek Global Warming

Sesuai dengan arti kata global warming, yaitu pemanasan global maka efek yang jelas bisa dirasakan ialah naiknya suhu lingkungan. Dengan kenaikan suhu lingkungan ini akan membawa berbagai dampak yang spesifik, termasuk ke dunia peternakan, antara lain meningkatnya stres panas (heat stress) pada ayam.
Kondisi inipun diperparah dengan adanya fluktuatif suhu yang relatif tinggi antara siang (tengah hari) dan malam (dini hari). Akibatnya stamina tubuh ayam menurun sehingga produktivitas berkurang dan menjadi lebih mudah terinfeksi penyakit (immunosuppressive).
Heat stress seringkali ditemukan pada ayam dewasa. Hal ini dikarenakan tubuh ayampun menghasilkan panas (dari panas metabolisme). Ditambah lagi suhu lingkungan yang semakin panas. Biasanya efek heat stress akan mulai terlihat saat suhu mencapai 290C.
Saat heat stress ayam akan memberikan respon berupa memperluas area permukaan tubuh (melebarkan atau menggantungkan sayap), melakukan peripheral vasodilatation (meningkatkan alirah darah perifer atau tepi, terutama dibagian jengger, pial dan kaki) dan aktivitas panting (bernapas melalui mulut).
Heat stress ini juga bisa dipicu karena tingkat kelembaban udara. Kelembaban udara mencerminkan banyaknya air yang terkandung (terikat) dalam udara. Semakin banyak air yang terikat dalam udara maka udara semakin lembab, begitu juga sebaliknya. Tingkat kelembaban akan mempengaruhi suhu yang dirasakan ayam. Hal ini dikarenakan pengeluaran atau pembuangan panas tubuh ayam dilakukan melalui proses evaporasi (pengganti kelenjar keringat yang tidak dimiliki ayam).
Saat kelembaban tinggi, suhu yang dirasakan oleh ayam menjadi lebih tinggi dibandingkan suhu yang tertera pada termometer. Saat kelembaban 80% dan suhu 270C, suhu efektif yang dirasakan ayam mencapai 300C. Begitu juga sebaliknya, saat kelembaban udara 50% dan suhu 33,20C ayam akan merasakan suhu sebesar 300C. Berdasarkan hal tersebut penting sekiranya kita memperhatikan suhu dan kelembaban yang nyaman untuk ayam, yaitu 25-270C dan kelembaban 60-70%.
Dan kerugian yang lebih jelas lagi terlihat pada penurunan produktivitas ayam. Hal ini dibuktikan berdasarkan hasil penelitian Mashaly et al. (2004) mengenai pengaruh heat stress pada ayam petelur umur 31 minggu yang menunjukkan bahwa kondisi kandang dengan suhu 350C dan kelembaban (RH) 50% selama 5 minggu akan mengakibatkan penurunan konsumsi pakan (47,35%), produksi telur (35,69%), berat telur (16,84%), bobot badan (30,83%) dan tebal kerabang telur (18,68%) dibandingkan ayam yang dipelihara pada kondisi nyaman (suhu 23,90C dan RH 50%). Pada ayam pedaging, saat suhu kandang mencapai 40,60C selama 3 jam dapat menyebabkan kematian (Ross Broiler Management Manual, 1999).
Selain efek heat stress ini, terjadinya global warming juga menimbulkan dampak yang lebih luas. Contohnya akibat perubahan cuaca yang tidak menentu menyebabkan pola panen hasil pertanian maupun kualitas hasil panen menjadi menurun, baik kuantitas (jumlah) maupun kualitas (mutu). Tentu kita masih ingat beberapa waktu yang lalu, sekitar triwulan I 2011 harga jagung di Jawa Tengah bisa mencapai Rp. 4.200,- per kg. Inipun masih ditambah dengan masalah ketersediaan jagung yang sulit dan kalau adapun kadar airnya tinggi (mencapai 19-21%). Alhasil dengan kualitas jagung seperti itu produksi telur maupun pertumbuhan ayam menjadi tidak optimal.
Kondisi tersebut semakin diperparah dengan semakin merebaknya penyakit mengingat kondisi kelembaban yang tinggi. Menjadi catatan kami selama 2010 sampai tulisan ini dibuat, dihampir sebagian wilayah di Indonesia masih mengalami musim hujan. Akibatnya tingkat kelembaban tinggi dan mendukung bagi perkembangan bibit penyakit. Belum lagi aliran air di selokan dari peternakan menjadi sarana penularan penyakit antar farm.

Langkah Antisipasi
Langkah awal kita dalam mengantisipasi efek global warming ini ialah membuat database suhu dan kelembaban. Ya, database. Seperti halnya database titer antibodi (baseline,red), kita pun perlu mengetahui fluktuatif suhu dan kelembaban yang terjadi di kandang kita, baik pagi, siang, sore, malam maupun dini hari. Hal ini terkait dengan perubahan pola cuaca yang terjadi. Kita mesti tahu seberapa jauh kenaikan suhu dan kelembaban yang terjadi di dalam kandang.
Selain itu, saat mengambil data suhu dan kelembaban tersebut perlu sekiranya kita memperhatikan aktivitas ayam kita. Dari sana kita bisa melihat mulai pada suhu dan kelembaban berapa ayam kita mulai megap-megap (panting). Perlu kita ketahui, ketahanan tubuh ayam berbeda-beda, begitu juga dengan respon terhadap suhu dan kelembaban. Saat kita sudah mengetahui interval suhu dan kelembaban dimana ayam mulai panting, di waktu itulah kita harus mulai melakukan treatment untuk menurunkan suhu. Dan ini bisa menjadi patokan kita.

Gunakan Thermohygrometer untuk mendeteksi suhu dan kelembaban udara secara akurat dan cepat

Setelah kita memiliki database suhu dan kelembaban maka langkah selanjutnya ialah melakukan modifikasi manajemen untuk mendapatkan suhu dan kelembaban yang ideal. Beberapa modifikasi yang dapat dilakukan ialah :
  • Mengatur kepadatan
Menambah luasan kandang (melebarkan sekat kandang) sehingga kepadatan berkurang bisa menjadi langkah awal untuk mengantisipasi global warming, terlebih lagi ayam dewasa juga perlu membuang panas tubuhnya. Dengan pelebaran kandang tersebut secara otomatis akan menambah jumlah tempat minum sehingga kesempatan ayam minum juga semakin bertambah. Saat suhu mencapai 320C konsumsi air minum dapat meningkat 50%.
  • Berikan vitamin, elektrolit
Pemberian vitamin, terutama vitamin C dan E akan membantu menekan stres. Penambahan elektrolit juga diperlukan guna menjaga keseimbangan elektrolit dalam tubuh sehingga stamina tubuh tetap optimal. Vita Stress dan Vita Strong dapat digunakan pada kasus ini.
  • Perhatikan kualitas dan kuantitas ransum
Global warming juga berpengaruh terhadap kualitas ransum dan air minum. Pastikan ransum yang kita berikan berkualitas. Jika perlu tambahkan Top Mix untuk melengkapi nutrisi mikro essensial (nutrisi yang sangat penting) sehingga produktivitas ayam lebih optimal. Untuk air minum lakukan sanitasi dengan Antisep, Neo Antisep, Desinsep untuk meminimalkan kontaminasi bibit penyakit
  • Optimalkan sirkulasi udara
Sistem sirkulasi udara yang baik, sangat efektif untuk menurunkan suhu dalam kandang. Buka tirai kandang saat suhu meningkat. Jika aliran angin bertiup kencang, hendaknya tirai tidak ditutup seluruhnya, namun disisakan sekitar 20-60 cm sehingga angin tidak langsung mengenai tubuh ayam (bisa memicu penyakit pernapasan). Jika perlu tambahkan kipas (fan) untuk membantu sirkulasi udara optimal. Fan bisa dipasang pada bagian tengah, ujung maupun samping kandang. Adanya aliran udara ini juga akan berpengaruh terhadap kelembaban udara. Kecepatan aliran angin hendaknya tidak lebih dari 2,5 m/detik untuk ayam dewasa. Aliran udaranya juga jangan langsung mengenai tubuh ayam. Ketinggian fan setidaknya 40-50 cm dari lantai kandang.

Penambahan nipple dan fan bisa membantu mengatasi efek heat stress
  • Modifikasi kontruksi kandang
Untuk kandang dengan ketinggian lantai yang terlalu rendah dan jarak kandang yang terlalu dekat hendaknya dipertimbangkan untuk dilakukan rekontruksi ulang, terlebih lagi kondisi kandang sudah mulai rusak. Ketinggian kandang yang baik setidaknya 1,5 - 2 m dengan lebar kandang minimal 1 x lebar kandang. Diantara kandang sebaiknya tidak terdapat tanaman yang bisa mengganggu sistem sirkulasi udara. Jenis atap dari genting juga bisa membantu menurunkan suhu.
  • Closed house
Pembuatan kandang dengan sistem closed house merupakan solusi pamungkas dalam mengatasi kendala suhu dan kelembaban. Hanya saja solusi ini memerlukan biaya yang besar. Untuk kandang ayam petelur produksi dengan kapasitas 20.000 ekor setidaknya memerlukan investasi kandang dan peralatan sebesar Rp. 2 Milyar. Selain itu, diperlukan keahlian khusus dalam pengoperesiannya.
Global warming memberikan pengaruh yang signifikan bagi usaha kita, peternakan, mulai dari heat stress, fluktuasi suhu, sulitnya mendapatkan bahan baku pakan (terutama jagung, bekatul) dengan kualitas dan harga terbaik sampai perkembangan penyakit yang semakin kompleks. Oleh karena itu, mari mulai dari diri kita, dimulai dari lingkungan peternakan, kita gelorakan “Go Green”, kita hijaukan lingkungan peternakan. Semangat!

AIR MINUM YANG BERKWALITAS


AIR MINUM YANG BERKWALITAS

Air merupakan salah satu kebutuhan utama, selain oksigen dan ransum yang sangat diperlukan bagi seekor ayam untuk tumbuh, berkembang dan berproduksi. Ketidaktersediaan salah satu unsur tersebut bisa dipastikan akan menimbulkan gangguan produktivitas ayam. Tidak hanya dari segi kuantitas atau jumlah yang harus terpenuhi, kualitasnya pun tidak boleh diabaikan.

Air dan Peranannya

Air terbentuk dari 2 unsur yaitu hidrogen dan oksigen dengan rumus kimia H20. Kedua unsur yang membentuk senyawa air pada awalnya berbentuk gas dan pada kondisi tertentu akan berikatan membentuk suatu senyawa yang stabil, yaitu air. 



Telur, anak ayam dan ayam dewasa sebagian besar tersusun atas air.
Air merupakan komponen penyusun tubuh anak ayam dengan persentase terbesar, yaitu 85% dan persentase ini sedikit menurun saat anak ayam tumbuh menjadi dewasa, menjadi 60%. Pada telur, persentase air bisa mencapai 70%. Dan yang mengesankan di setiap organ dan komponen tubuh sebagian besar terdiri atas air, yaitu darah 83%, otot 75-80%, otak 75% bahkan di dalam tulang persentase kandungan air mencapai 20%. Dari data ini, bisa kita prediksikan andaikata air di dalam tubuh ayam dihilangkan maka berat badan anak ayam broiler hanya sekitar 6 gram (berat badan anak ayam normal sebesar 40 gram per ekor). Dari angka dan persentase ini bisa kita ketahui bahwa air mempunyai fungsi dan peranan yang begitu besar dan signifikan.
Secara fisiologis, air berfungsi sebagai media berlangsungnya proses kimia di dalam tubuh ayam. Selain itu, air juga berperan sebagai media pengangkut, baik mengangkut zat nutrisi maupun zat sisa metabolisme, mempermudah proses pencernaan dan penyerapan ransum, respirasi, pengaturan suhu tubuh, melindungi sistem syaraf maupun melumasi persendian. Hampir semua proses di dalam tubuh ayam melibatkan dan memerlukan air.
Ayam yang tidak diberi ransum akan mampu bertahan selama 15-20 hari. Namun tidak demikian jika tidak memperoleh air, ayam akan mati dalam waktu 2-3 hari saja. Ayam akan tetap bertahan saat kehilangan sebagian besar lemak di dalam tubuhnya atau 50% dari jumlah protein tubuhnya, namun saat ayam kehilangan 20% cairan tubuh bisa mengakibatkan kematian. Ketersediaan air minum yang kurang akan menyebabkan hambatan produktivitas ayam, baik pertumbuhan maupun produksi telur. Selain itu, proses pembuangan zat sisa metabolisme juga terhambat, akibatnya bisa meracuni tubuh ayam sendiri.
Air memiliki kemampuan melarutkan berbagai macam senyawa. Secara normal, air dapat mengandung sampai 58 unsur, namun sekitar 99%nya ialah senyawa terlarut, seperti hidrogen, oksigen, nitrogen, natrium, kalium, magnesium, kalsium, belerang maupun fosfor. Kemampuan air melarutkan berbagai zat dan senyawa ini menjadi salah satu faktor yang mempermudah air terkontaminasi oleh zat-zat kimia dengan kadar yang berlebih maupun oleh mikroorganisme patogen. Menjaga dan memelihara air tetap berkualitas menjadi faktor yang sangat vital bagi keberlangsungan produktivitas ayam.

Sumber dan Kualitas Air

Air yang terdapat di bumi kita sangatlah melimpah, namun sebagian besar berupa air laut (asin) yang mencapai 97,5%, sedangkan sisanya (2,5%) berupa air tawar. Air tawar tersebut 29,9% merupakan air dalam tanah; 0,3%nya ialah air danau dan sungai; 0,9% berupa kelembaban tanah atau rawa dan sisanya, yaitu 68,9% terdapat dalam bentuk air es dan salju abadi. Nah, ini berarti air yang bisa kita manfaatkan untuk peternakan hanya 0,75% dari total air yang terdapat di bumi.
·         Air sumur atau air tanah
Pembuatan sumur, baik sumur gali maupun bor (sumur artesis) merupakan suatu upaya untuk memanfaatkan air dalam tanah. Kebanyakan air yang digunakan di peternakan bersumber dari sumur bor atau artesis.
Dalam pembuatan sumur di dalam lokasi peternakan sebaiknya diperhitungkan jaraknya dengan tempat feses. Mengingat feses tersebut bisa menjadi sumber kontaminasi bakteri Eschericia coli maupun peningkatan kadar nitrat dan nitrit dalam air. Alangkah lebih baiknya juga jika lapisan lubang bagian dalam sumur tersebut ditutup atau dilapisi dengan semen atau beton. Pemakaian paralon pada sumur bor (artesis) juga menjadi solusi. 


Perhatikan jarak sumur dengan kandang yang terdapat feses. Kedalaman sumur juga harus diperhatikan.
Permasalahan yang relatif sering ditemukan pada penggunaan air dari sumur ialah pH air yang cenderung asam atau kadar garam yang terlampau tinggi. Air yang berasal dari sumur sebaiknya ditampung dan diendapkan terlebih dahulu di “water ground”. Tujuannya ialah untuk mengendapkan partikel-partikel yang mencemari air. 



Salah satu fasilitas penampungan air dari sumur sebelum disalurkan ke kandang untuk dikonsumsi oleh ayam

·         Air permukaan
Air sungai atau air danau merupakan air permukaan yang mungkin bisa dimanfaatkan sebagai air minum ayam. Namun dengan kondisi sungai seperti sekarang ini, maka pemanfaatan air sungai dalam aktivitas peternakan, baik sebagai air minum maupun proses pembersihan kandang dan peralatan sebaiknya dihindari.
Pencemaran sungai oleh kotoran manusia maupun kotoran ternak, bahan kimia (deterjen dan pestisida) maupun limbah, baik dari limbah keluarga maupun limbah industri menjadi alasan untuk tidak memanfaatkan air sungai maupun danau dalam aktivitas peternakan.
Air permukaan yang berasal dari air hujan bisa dimanfaatkan sebagai air minum ayam karena air hujan termasuk air yang jernih dan sehat. Hanya saja perlu diperhatikan adanya kontaminasi yang berasal dari tempat penampungannya maupun dari udara di sekitar kandang.

·         Air PDAM
Ada beberapa peternak yang telah menggunakan air dari PDAM sebagai air minum ayam maupun untuk aktivitas kandang lainnya.
Kendala dari penggunaan air PDAM ini ialah dari segi harga, dimana peternak harus mengeluarkan biaya tambahan. Selain itu, kualitas air PDAM juga perlu diperhatikan mengingat instalasi saluran air dari PDAM seringkali telah terdapat lapisan biofilm yang menjadi tempat tumbuh dan berkembangnya berbagai mikroorganisme. Adanya lapisan biofilm itu juga mengakibatkan klorinasi yang dilakukan secara periodik oleh PDAM kurang efektif dalam menekan jumlah mikroorganisme. Alasannya adanya lapisan biofilm akan menghalangi kontak klorin dengan mikroorganisme sehingga daya kerja klorin menjadi tidak optimal. Oleh karenanya jika akan memakai air PDAM sebagai air minum alangkah lebih baiknya dilakukan treatment terlebih dahulu. Selain itu, perlu diketahui jadwal klorinasi yang dilakukan PDAM sehingga bisa diantisipasi pada saat pemberian obat maupun vaksin. 


Adapun pemilihan penggunaan sumber air di dalam peternakan sebaiknya ditekankan pada aspek kualitas air tersebut maupun ketersediaannya. Minimal ada 3 kategori atau paramater yang digunakan untuk menentukan kualitas air, diantaranya :
·         Kualitas fisik
Parameter fisik yang harus diperhatikan dalam penentuan air yang berkualitas antara lain warna, rasa, bau, kekeruhan maupun suhu. Air yang berkualitas haruslah tidak berwarna, berasa dan berbau. Air inipun harus terbebas dari partikel-partikel tersuspensi (tidak keruh, red) dari lumpur kasar, lumpur halus maupun koloid. 


Konsumsi air minum anak ayam sangat dipengaruhi kualitas fisik air, terutama kekeruhan, warna dan bau

Kondisi fisik air yang kurang baik akan mempengaruhi tingkat konsumsi air minum. Saat ayam diberi pilihan air minum yang keruh dengan air minum yang jernih, maka ayam akan lebih memilih mengkonsumsi air yang jernih. Suhu air minum yang baik ialah 20-24oC dan jika lebih atau kurang dari suhu tersebut maka konsumsi air minum ayam menjadi berkurang atau bahkan berhenti.
Permasalahan air dari segi fisik, baik kejernihan, warna maupun bau cukup sering ditemukan di peternak-an (lihat grafik 1). Treatment yang dapat dilakukan untuk mengatasi kualitas air tersebut, yaitu :
1.      Pengendapan atau penyaringan
2.      Penambahan tawas yang berperan sebagai koagulan dan pengikat partikel sebanyak 2,5 gram tiap 20 liter air minum
3.      Penambahan sediaan yang berperan sebagai penjernih

·         Kualitas kimia
Kesadahan, pH dan kandungan unsur-unsur kimia tertentu, seperti nitrat, nitrit maupun logam menjadi penentu kualitas kimia air.
Kesadahan
Kandungan ion Ca2+dan Mg2+ yang tinggi mengakibatkan air bersifat sadah. Air yang sadah seringkali ditemukan di daerah yang berkapur. Dalam pemakaiannya, air yang sangat sadah (kadar > 180 ppm) bisa mengurangi tingkat kelarutan beberapa sediaan obat, terutama yang mengandung ampicillin atau tetrasiklin. Desinfektan yang zat aktifnya iodine dan quats, seperti Antisep, Neo Antisep dan Medisep daya kerjanya akan menurun jika dilarutkan dalam air sadah. Tingginya kadar Ca2+ dan Mg2+ bisa mengganggu proses pencernaan dan penyerapan nutrisi ransum.
Guna mengatasi kesadahan air dapat dilakukan dengan menambahkan :
Medimilk (20 gram tiap 10 liter air) dengan kandungan 100% skim milk yang mampu mengikat logam, baik Ca2+, Mg2+, Mn2+ maupun Fe2+

 
Medimilk mampu menurunkan tingkat kesadahan air minum
1.                Kapur soda memiliki kemampuan mengikat ion Ca2+, Mg2+, Mn2+ atau Fe2+ sehingga terbentuk endapan. Endapan ini menunjukan bahwa kapur soda telah berhasil mengikat ion-ion tersebut
2.                Tawas
3.                Ethylen diamin tetra acetic acid (EDTA) dengan dosis 0,02-0,1% memiliki kemampuan mengendapkan logam berat, termasuk Ca dan Mg

·                        Kadar nitrat dan nitrit
Kadar nitrat yang tinggi biasanya berhubungan dengan tingginya kadar nitrogen akibat tumpukan kotoran ayam. Jika dikonsumsi ayam maka proses penyerapan zat nutrisi dapat terganggu. Selain itu, jika dikonsumsi dalam kadar tinggi bisa menyebabkan keracunan yang mematikan. 


Tumpukan feses ayam bisa memicu meningkatnya kadar nitrat dalam air minum

Nitrat dapat diubah oleh mikroorganisme menjadi nitrit yang mempunyai tingkat toksisitas yang sangat tinggi. Saat berada di dalam darah, nitrit akan berikatan dengan hemoglobin dan mengurangi kadar oksigen sehingga bisa menyebabkan kematian.
Teknik menurunkan kadar nitrat dan nitrit dapat dilakukan dengan mengalirkan air tersebut ke dalam tabung yang berisi karbon aktif. Ukuran tabung disesuaikan dengan jumlah dan kecepatan aliran air. Jumlah karbon aktif minimal 50% dari volume tabung. Jarak sumber air (sumur) sebaiknya dijauhkan dari septic tank maupun tumpukan feses. Ambil dan bersihkan feses secara rutin, jangan sampai menumpuk. Pelaksanaan desinfeksi maupun klorinasi juga dapat menghambat peningkatan kadar nitrit karena bisa membunuh mikroorganisme yang mengubah nitrat menjadi nitrit.

·                        Kadar mineral
Kadar mineral kalsium, magnesium, besi dan belerang jangan berlebih di dalam air karena bisa menurunkan produktivitas ayam. Secara berturut-turut batasan kadar mineral kalsium, magnesium, besi dan belerang adalah 75; 200; 0,3-0,5 dan 25 mg/liter. Kadar kalsium yang melebihi standar bisa menyebabkan gangguan penyerapan nutrisi ransum (terutama fosfor) dan penurunan daya kerja obat. Kadar magnesium yang berlebih akan mengganggu pencernaan dan diare. Akibat jika kadar besi tinggi ialah pigmentasi pada daging dan telur menjadi lebih gelap, sedangkan tingginya kadar belerang menyebabkan cepat terjadi perdarahan dan oedema.
Penambahan Medimilk sebanyak 20 gram tiap 10 liter air dapat mengikat mineral-mineral tersebut. Setelah dilarutkan Medimilk, diamkan air selama 15-30 menit sebelum diberikan.

·                        Kadar garam
Garam terbentuk dari ikatan antara logam Na, Ca, Mg dengan ion klorida. Kandungannya di dalam air biasanya dalam bentuk terlarut. Oleh karena itu, penanganan air dengan kadar garam yang tinggi relatif sulit. Teknik pengenceran atau menambahkan air dari sumber yang berbeda bisa menjadi solusi untuk mengurangi kadar garam dalam air.
Ayam yang mengkonsumsi air minum dengan kadar garam yang berlebih akan terganggu produktivitasnya. Kadar garam yang berlebih tersebut akan mengganggu pengaturan osmosis di dalam tubuh. Ayam petelur atau pembibit muda yang mengkonsumsi air minum dengan kadar garam yang berlebih selama 4-6 minggu akan menghasilkan telur dengan kualitas kerabang yang jelek (tipis) dan pada ayam berumur tua hanya dalam beberapa hari kerabang telurnya menjadi lebih tipis (Balnave, 1996). Selain kualitas kerabang, tingkat produksi telur maupun daya tetas telur pun menurun. Dan yang lebih parahnya lagi, efek air minum dengan kadar garam yang tinggi ini relatif sulit diperbaiki meskipun air minum telah diganti dengan yang normal. 


Air minum dengan kadar garam yang berlebih akan menyebabkan ayam mengkonsumsi air minum secara berlebih akibatnya feses ayam menjadi encer (basah)

·                        pH atau derajat keasaman
pH air minum yang baik berkisar 5-8. Air dengan pH lebih tinggi (basa) biasanya disebabkan adanya pencemaran natrium bikarbonat dan jika dikonsumsi bisa mengakibatkan penurunan pencernaan dan penyerapan mineral ransum, seperti kalsium, fosfor, magnesium dan kalium. Begitu juga sebaliknya air yang asam (pH rendah) akan mengganggu kesehatan dan mempermudah infeksi parasit.
Kedalaman sumur biasanya berpengaruh pada tingkat pH air minum. Sumur dengan kedalaman 30 m airnya cenderung asam sedangkan di kedalaman 100 m atau lebih, airnya biasanya basa. Sumur dengan kedalaman sebesar 50-60 m biasanya mengandung air dengan pH yang optimal.
Air minum yang basa bisa diatasi dengan penambahan senyawa asam, seperti asam cuka, asam sitrat atau asam organik (asam asetat, propionat). Sebaliknya, air yang asam bisa ditingkatkan pH-nya dengan menambahkan kapur soda (NaHCO3). Guna memastikan pH air telah sesuai dapat dilakukan pemeriksaan dengan kertas indikator universal (kertas lakmus) atau pH meter.

·         Kualitas biologi
Seperti disebutkan sebelumnya, sebagian besar air yang digunakan di peternakan ialah air tanah. Air tanah ini seringkali mengandung bakteri coliform yang biasanya berasal dari feses ayam maupun kotoran manusia (septic tank). Selain itu, biasanya air ini juga tercemar dengan mikroorganisme lainnya.
Sebagian besar mikroorganisme yang mencemari air minum, seperti bakteri maupun jamur kurang berbahaya. Biasanya mikroorganisme ini menyebabkan pembentukan bahan organik yang membatasi sistem aliran air. Meskipun demikian, ada juga beberapa mikroorganisme yang bisa menurunkan produktivitas ayam atau menjadi sumber penyakit, yaitu E. coli dan Salmonella. Oleh karena itu, perlu dilakukan treatment pada air yang telah terkontaminasi mikroorganisme tersebut, melalui :
·                        Desinfeksi
Desinfektan yang bisa digunakan pada air minum ialah Antisep, Neo Antisep atau Medisep. Pemakaian ketiga desinfektan ini telah terbukti mampu menurunkan bakteri E. coli maupun coliform (lihat grafik 2). 


Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar desinfeksi air minum bisa optimal, yaitu :
1.                Perhatikan dosis desinfektan yang digunakan
2.                Pipa air atau torn air yang digunakan untuk desinfeksi harus bersih atau kandungan bahan organiknya sedikit (biasanya ini terlihat dari adanya lapisan biofilm pada permukaan bagian dalam)
Klorinasi atau penambahan klorin sebanyak 3-5 ppm juga berfungsi mendesinfeksi air minum. Hanya saja dalam aplikasinya seringkali klorin kurang efektif karena memiliki sifat yang kurang stabil.
Saat melakukan desinfeksi air minum, pastikan tidak bertepatan dengan jadwal vaksinasi. Kadar klorin sebesar 1 ppm akan menurunkan efisiensi vaksin ND sampai 20% dan kadar 2 ppm mampu menurunkannya sampai 85%. Air yang telah ditambahkan klorin, jika akan digunakan untuk melarutkan vaksin sebaiknya didiamkan selama minimal 24 jam atau ditambahkan Medimilk (2 gram per 1 liter air) dan dibiarkan selama 15-30 menit. Hal tersebut dilakukan untuk menghilangkan pengaruh klorin.
Jarak desinfeksi air minum dengan vaksinasi juga perlu diperhatikan. Desinfeksi air minum sebaiknya dilakukan minimal 24-48 jam sebelum dan sesudah vaksinasi. Selain itu, pemberian obat dan vitamin sebaiknya dihentikan pada saat desinfeksi karena desinfektan bisa menurunkan potensi atau bahkan merusak obat dan vitamin.
·                        Pemanasan atau pemasakan air
Air yang dipanaskan atau dimasak sampai mendidih mampu menghilangkan bakteri E. coli. Pada suhu 100oC bakteri tersebut akan mati.

Air, suatu senyawa yang sangat penting bagi produktivitas ayam. Tidak hanya kuantitasnya yang harus selalu terpenuhi, tetapi kualitasnya pun jangan sampai terabaikan. Pahami kualiatas air dan kendalikan manajemennya. Salam.